Allah Maha Esa


NAMA : Muhamad Aditya
NPM    : 13117738
HAL : Lembar Tugas Mandiri
Tulisan Ke-2

·  Allah Maha Esa
Allah Maha Esa atau Wahdaniyah adalah salah satu sifat wajib ada pada zat Allah Swt.
yang memiliki pengertian satu / tunggal tidak berbilang  atau lebih dari satu. Zat disana bukanlah zat dalam lisan orang indonesia yang mempunyai arti materi datu benda, akan tetapi zat disana adalah zat dalam lisan orang arab yang mempunyai arti “Dirinya sendiri”, “Haqiqat-nya” karena Allah ada tanpa membutuhkan bentuk, tempat dan tidak membutuhkan makhluknya, karena semuanya adalah ciptaanya dan Allah berdiri sendiri tanpa ada yang menciptakan dan tidak membutuhkan pertolongan makhluqnya.Esa juga memiliki arti satu kesatuan yang tidak bercerai–berai dan atau pun Allah tidak memiliki susunan maupun tingkatan.Sebagaimana Firman Allah Swt. Dalam Q.S. Al-Ikhlas ayat 1-4 dan Q.S. Al-Baqoroh ayat 163 yaitu :

(1).Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.(2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.(3).  Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,(4).  Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."(Q.S. Al-Ikhlas ayat 1-4).

"Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".(Q.S.Al-Baqarah ayat 163)
Kemudian sifat Allah Swt. Maha Esa dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
·  Allah itu Maha Esa dalam zatnya
Zat Allah Swt. Itu tidak terdiri dari unsur-unsur, atom dan molekul atau pun bagian-bagian. la tidak dapat disamakan atau dibandingkan dengan benda apa pun yang kita kenal, yang menurut ilmu fisika terjadi dari susunan atom,molekul dan unsur-unsur berbentuk yang takluk kepada ruang dan waktu yang dapat ditangkap oleh pancaindera manusia, yang dapat hancur musnah dan lenyap pada suatu masa. Itu dikarenakan apabila zat Allah Swt. yang Maha Kuasa itu terdiri dari unsur-unsur tertentu atau terdiri dari 2 bagian atau lebih, tentunya betapa pun kecilnya unsur atau bagian itu akan tetap saja setiap unsur tersebut akan membutuhkan unsur atau bagian yang lain untuk membentuk kesempurnaannya. Artinya, untuk mencapai kesempurnaan zat–nya, Allah Swt. membutuhkan unsur atau bagian–bagian itu. Atau dengan kata lain unsur atau bagian itu merupakan syarat bagi wujud–nya Allah. Sebagaimana Firman Allah Swt. dalam Q.S Asy-Syuura ayat 11 dan Q.S Faathir ayat 15 yaitu:

“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(Q.S Asy-Syuura ayat 11)
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya ( tidak memerlukan sesuatu ) lagi Maha Terpuji”.(Q.S Faathir ayat 15).

Sehingga mustahil Allah terdiri dari unsur – unsur dan setiap zat yang terdiri dari unsur-unsur sebagai komponen penyusun zatnya pastilah bukan Tuhan karena keragaman dan bilangan itu adalah hakikat dari makhluk, bukan hakikat dari Tuhan.

·  Allah itu Maha Esa dalam Sifatnya
Allah itu Maha Esa dalam Sifatnya, maksudnya adalah Allah itu bersifat dengan segala sifat kesempurnannya. Sifat Allah itu adalah sifat yang hanya dimiliki oleh Allah saja, tidak dimiliki oleh makhluk-nya, walaupun dari segi bahasa kata yang digunakan untuk menunjuk sifat tersebut relatif sama, sehingga setiap sifat yang dimiliki dan terdapat pada makhluk bukanlah sifat Allah. Berikut adalah sifat-sifat yang perlu diketahui, diantaranya adalah sebagai berikut:
ü Hidup
Ini berarti bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Yang Hidup. Allah Swt. itu Maha Esa tanpa memerlukan makanan, minuman, istirahat dan sebagainya. Pendek kata: Allah Maha Esa dalam Hidup-nya. Konsekuensi keyakinan yang demikian adalah, setiap atau segala sesuatu yang sifat hidupnya memerlukan makanan, minuman, tidur dan sebagainya, bagi seorang muslim bukanlah Allah dan tidak boleh dipandang sebagai Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
ü Berkuasa
Allah Swt. adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. tiada daya, dan kekuatan melainkan miliknya, Ia Maha Kuasa tanpa memerlukan pihak lain manapun juga dalam kekuasaannya. la adalah Maha Kuasa atas segalanya.
ü Berkehendak
Allah Swt. mempunyai kehendak. Kehendak-nya Maha Esa dan berlaku untuk seluruh alam semesta, termasuk seluruh makhluk Ciptaannya

·     Allah itu Maha Esa dalam Perbuatannya
Pernyataan ini mengandung maksud bahwa kita meyakini Allah Swt. yang Maha Esa tiada tara dalam melakukan sesuatu, sehingga hanya dialah yang dapat berbuat menciptakan alam semesta ini.Perbuatan-nya itu unik, lain dari yang lain, tiada taranya dan tidak sanggup pula manusia menirunya. misalnya, bagaimana Ia menciptakan diri kita sendiri dalam bentuk tubuh yang sangat baik, yang dilengkapi-nya dengan pancaindera, akal, perasaan, kemauan, bahasa , pengalaman dan sebagainya. Perhatikan pula susunan kimiawi materi-rnateri yang ada di alam ini. Misalnya H20, susunan kimiawi (materi ) zat air, NO2, zat asam, dan sebagainya.Konsekuensi keyakinan bahwa Allah Maha Esa dalam berbuat (perbuatannya) adalah seorang muslim tidak boleh mengagumi perbuatan-perbuatan manusia lain dan karyanya sendiri secara berlebih-lebihan. Manusia, baik sebagai perseorangan maupun sebagai kolektivitas, betapapun genial (hebat atau luar biasa)nya, tidak boleh dijadikan objek pemujaan apalagi kalau disembah pula.

·  Allah itu Maha Esa dalam Wujudnya
Ini berarti bahwa wujud Allah Swt. itu berbeda sekali dari wujud alam semesta maupun makhluknya. Ia tidak dapat disamakan dan dirupakan dalam bentuk apapun juga. Oleh karena itu Anthromorfisme (paham pengenaan ciri-ciri manusia pada alam sepeni binatang atau benda mati apalagi pada tuhan) tidak ada dalam ajaran Islam. Menurut keyakinan Islam, Allah Maha Esa. Demikian Esa-nya sehingga wujudnya tidak dapat disamakan dengan alam atau bagian-bagian alam yang merupakan ciptaan-nya ini, Eksistensi-Nya wajib. Karena itu Ia memliki sifat Mukholafatul lil Hawadisi yang artinya berbeda dari Makhluknya.

·  Allah itu Maha Esa dalam Menerima Ibadah
Ini berarti bahwa hanya Allah sajalah yang berhak disernbah dan menerima ibadah. Hanya Dialah satu-satunya yang patut dan harus disembah dan hanya kepada-nya pula kita rneminta pertolongan. yang di maksud dengan ibadah adalah segala perbuatan manusia yang disukai Allah, baik dalam kata-kata terucapkan maupun dalam bentuk perbuatan-perbuatan lain, yang kelihatan dan tidak kelihatan. Konsekuensi keyakinan ini adalah hanya Dialah Allah yang wajib kita sembah, hanya kepada-Nya pula seluruh shalat dan ibadah yang kita lakukan, kita niatkan dan kita persembahkan.

·  Allah Maha Esa dalam menerima hajat dan hasrat manusia
Maksudnya adalah bila seorang manusia hendak menyampaikan maksud, permohonan atau keinginannya langsunglah sampaikan kepada-nya, kepada Allah sendiri tanpa perantara atau media apapun namanya, Tidak ada sissem rahbaniyah atau kependetaan dalam Islam. Semua manusia, kecuali para Nabi dan Rasul, mempunyai kedudukan yang sama dalam berhubungan langsung dengan Allah Swt. Yang Maha Esa. Konsekuensi keyakinan ini adalah setiap muslim tidak memerlukan orang lain di dunia ini dalam menyampaikan hajat dan hasratnya kepada Allah.

·  Allah Maha Esa dalam memberi hukum
Ini berarti bahwa Allahlah satu-satunya pemberi Hukum yang Teninggi. Ia memberi hukum kepada alam, seperti hukum-hukum alam yang kita kenal dengan hukum-hukum Archimedes, Boyle, Lavoisier; hukum relativitas, thermoaj/namic dan sebagainya. Ia pula yang memberi hukum kepada ummat manusia bagaimana mereka harus hidup di humi-Nya ini sesuai dengan ajaran-ajaran dan kehendak-Nya yang dengan sendirinya sesuai pula dengan hukum-hukum (yang berlaku di) alam semesta dan watak manusia, yang semuanya itu adalah ciptaan Allah.
Konsekuensi keyakinan seperti ini adalah seorang muslim wajib percaya pada adanya ‘hukum-hukum alam’ (Sunnatullah) baik dalam fisik maupun psikis dan spiritual yang tedapat dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial.Sebagai muslim kita wajib taat dan patuh serta meyakini kebenaran hukum syari’at Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada manusia dan menjadikannya sebagai Jalan Hidup kita. Jalan yang dikehendaki Allah Swt. menurut akidah, adalah Jalan Hidup lslam. J alan Hidup Islam itu disebutjuga dengan istilah syari’at Islam. Dan karena syari’at Islam adalah pula Syari’at atau Hukum Allah Swt., konsekuensinya adalah bagi umat Islam yang secara teoritis dan praktis dengan bebas telah memilih Islam sebagai agamanya, tidaklah adajalan lain yang harus di tempuhnya selain berusaha sekuat tenaga mengikuti Jalan Hidup lslam itu sebaik-baiknya (Osman Raliby,dalam Mohammad Daud Ali 1 1997; 203-207).






Comments

Popular posts from this blog

Cara Menambahkan Efek Cahaya Pada Animasi di Blender

Cara Membuat Animasi Dadu di Blender

Cara Membuat Directory dan Sub-Directory dengan Menggunakan CMD